
Getaran Cinta Saat Bertemu Brondong Karismatik
POKERPELANGI – Sore itu, matahari memancarkan cahaya keemasan ke seluruh sudut kota. Lalu lintas padat, namun trotoar butik premium tetap ramai. Dari pintu kaca butik, Nadira melangkah anggun ke luar. Blazer putihnya berpadu sempurna dengan celana hitam ramping. Kacamata hitam besar menutupi sebagian wajahnya, menambah kesan misterius. Tumit sepatunya mengetuk lantai dengan ritme percaya diri, menarik beberapa pandangan sekitar.
Sejak menjadi janda dua tahun lalu, Nadira menata ulang hidupnya. Ia membangun bisnis, memperluas koneksi, dan terus tampil memesona. Namun, di balik semua kilau itu, ada ruang kosong yang diam-diam ia rasakan setiap kali hari berakhir.
Di sisi lain jalan, Raka baru saja tiba. Pria 23 tahun itu mengenakan kemeja santai dan celana jeans gelap. Langkahnya ringan, gayanya tenang, namun aura percaya dirinya langsung mencuri perhatian. Ketika Nadira melangkah ke trotoar, pandangan Raka langsung menemuinya. Seketika, waktu seolah melambat.
Tatapan mereka bertemu. Nadira biasanya menanggapi tatapan seperti itu dengan cuek. Namun kali ini, sesuatu berbeda. Raka tidak sekadar melihat; ia menatap dengan keberanian dan ketertarikan yang jelas. Alih-alih menghindar, ia melangkah mendekat, memecah jarak dengan percaya diri.
“Sepertinya saya baru saja menemukan alasan kenapa sore ini terasa hangat,” ucap Raka pelan, tapi mantap.
Nadira menoleh cepat, alisnya sedikit terangkat. Senyumnya muncul perlahan. “Kamu cukup berani berkata begitu pada orang asing,” balasnya, nada suaranya setengah menggoda.
“Bukan berani,” jawab Raka dengan senyum tenang. “Saya hanya jujur.”
Respons itu mengalir begitu alami. Nadira tidak menduga pria muda seperti Raka mampu berbicara dengan tenang di depannya. Kebanyakan pria biasanya gugup atau berusaha terlalu keras. Raka justru menjaga ritme dan memimpin percakapan.
Percakapan yang Menarik
Mereka berdiri di dekat parkiran. Awalnya Nadira ingin segera pulang, tetapi Raka terus menjaga percakapan tetap hidup. Ia bertanya dengan tulus, mendengarkan penuh perhatian, lalu menimpali dengan komentar cerdas. Nadira mulai tertawa lepas, sesuatu yang jarang ia lakukan dengan orang baru.
Pembicaraan mereka bergerak dari topik ringan ke kisah pribadi. Nadira bercerita tentang hobinya, kehidupannya setelah menjadi janda, serta rutinitas yang ia jalani. Raka tidak memotong pembicaraan; ia menatap mata Nadira, menyerap setiap kata. Nadira merasa dihargai, bukan dihakimi.
“Ngobrol denganmu terasa… menyenangkan,” kata Nadira sambil memainkan ujung rambutnya.
“Mungkin kamu hanya jarang bertemu orang yang benar-benar ingin mengenalmu,” jawab Raka cepat.
Kalimat itu menembus dinding hati Nadira. Biasanya, ia mendengar pujian dangkal. Kali ini, ada ketulusan dalam nada suara Raka. Hatinya berdebar lebih cepat, dan ia sadar—pemuda di depannya berhasil mencuri perhatiannya.
Awal dari Getaran Baru
Langit semakin gelap. Lampu kota menyala, menciptakan suasana romantis di sekitar butik. Meski waktu terus berjalan, Nadira tidak terburu-buru pergi. Raka juga tidak menunjukkan tanda ingin mengakhiri percakapan. Mereka berdiri semakin dekat, tertawa ringan, dan saling menatap lebih dalam.
Chemistry itu tumbuh pelan tapi pasti. Tidak ada janji berlebihan, tidak ada drama instan. Hanya dua jiwa dari dunia berbeda yang mulai terhubung melalui tatapan dan percakapan jujur.
Malam itu berakhir dengan pertukaran kontak. Raka melangkah pergi dengan senyum puas, sementara Nadira menatap ponselnya sambil tersenyum kecil. Dalam hatinya, ia tahu sesuatu baru saja dimulai.
To Be Continued…
Pertemuan singkat itu membuka jalan bagi hubungan yang tak terduga. Nadira membawa kematangan dan pesona, sementara Raka membawa energi muda dan keberanian. Di antara keduanya, romansa menggoda mulai menyala, siap berkembang menjadi cerita yang lebih dalam dan emosional.